Wabah Covid-19 dan Kisah Semut

corona dan wabah semut

DINUN.ID Covid-19, wabah yang menjadi perbincangan dimana-mana, di media masa, televisi, radio bahkan koran. Penyakit yang diakibatkan Virus Corona ini dinyatakan pandemi yang menyerang berbagai belahan dunia. Puluhan ribu orang dinyatakan positif terinfeksi dan ribuan orang meninggal akibat terinfeksi. Mari belajar dari kisah semut, kaum nabi Sulaiman

Read More

Berbagai usaha banyak dilakukan oleh negara demi menyelamatkan warganya. Sosial distancing dengan menghimbau bahkan melarang warganya untuk keluar rumah. Bahkan terdapat negara yang melakukan Lockdown, menutup semua akses keluar masuk wilayah tertentu. Hal ini dilakukan untuk menghindari keluarnya virus sehingga tidak meluas ke wilayah yang lain.

Disisi lain, banyak masyarakat yang seolah menyepelekan kebijakan pemerintah. Menganggap covid-19 adalah azab yang hanya melanda orang maksiat. Ada juga yang tetap keluar rumah meng-enteng-kan anjuran pemerintah karena menganggap semua penyakit datangnya dari Allah dan bahkan menganggap musrik jika percaya pada pemerintah.

Sebagai muslim yang berakal, kita sering diberi peringatan bagaimana menyikapi ketika dalam kondisi tertentu. Kebijakan social distance misalnya, dalam Al-Quran disebutkan Ketika semut merasa ada sesuatu yang membahayakan, ia berseru “qaalat namlatun yaa ayyuhaa alnnamlu udkhuluu masaakinakum” (masuklah ke sarang-sarang tempat tinggal kalian semua) (QS. An-Naml:18)

Meskipun menceritakan semut, tentunya adanya surat tersebut tidaklah kosong tanpa pelajaran. Kita sebagai umat yang memiliki akal harus belajar dari mana saja dan dimana saja, bahkan dari seekor semut.

Kebijakan lockdown pun kita tidak perlu kaget, dalam sebuah hadist disebutkan “Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian berada didalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” (HR.Bukhori 3473 dan Muslim 2218).

Dari surat dan hadist tersebut kita kembali diingatkan bagaimana bersikap ketika suatu bahaya atau penyakit melanda. Pemikiran menyepelehkan dengan dasar bahwa semua sudah takdir Allah adalah suatu kesalahan apabila tidak didasari dengan ikhtiar. Menyikapi  covid-19 memang kita tidak perlu takut, tapi kita juga tidak boleh menyepelekan. Ada ikhtiar dan tetap bertawakkal.

Kiranya kita perlu belajar keduanya. Covid-19 dan semut ini adalah pelajaran berharga bagi manusia. Modal belajar keduanya ialah bekal kita untuk ikhtiar agar terhindar dari wabah, sekaligus bertawakkal segala sesuatu telah diputuskan oleh Allah Sang Maha Bekehendak. 

Penulis
Ahmad Sofiuddin, Ustadz PPAI Darun Najah Karangploso

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *