Meneladani Kepemimpinan Bisnis Rasulullah

Peringatan seremonial yang melengkapai rangkaian sebulan peringatan kelahiran yang lazim disebut Maulid Nabi ini sangat semarak di hampir seluruh penjuru negeri, utamanya saat sebelum pandemi. Di kampung kampung diadakan bermacam rangakaian lomba bernafaskan ke-Islaman seperti halnya qiro’ah, sholawatan, barzanji, dan banyak lagi macamnya. Rangkaian lomba ini biasanya dipuncaki dengan pengajian yang dipenuhi masyarakat kemudian pulang saling mebawa berkat.

Read More

Bahkan di lingkungan pondok, bulan maulid ini merupakan bulan yang benar benar mendatangkan berkah, karena banyak santri berpindah musholla atau pondok untuk mengikuti peringatan maulid. Berburu berkah dari tausiyah yang disampaikan penceramah juga sekaligus mendapatkan berkat dengan makan gratis dan pulang masih membawa oleh oleh makanan.

Berkah dari peringatan Maulid ini menjadi bulan penting jika ditinjau dari pergerakan ekonomi bisnis. Utamanya para pegiat bisnis yang bergerak di bidang makanan dan minuman. Bulan maulid ini merupakan satu dari beberapa bulan peak season dalam setahun, karena akan dipastikan mendatangkan kenaikan omset dibanding dengan bulan bulan biasa.

Mengiringi peringatan seremonial yang selalu semarak tersebut, tentu selalu ada yang istimewa di perjalanan bulan kelahiran baginda Rasulillah Muhammad SAW, yakni hikmah ketauladanan yang bisa diambil sebagai makna penting dari setiap peringatan tersebut. Ada makna substantif yang tak boleh tertutupi atau terlupakan oleh semaraknya peringatan simbolik.

Rasulullah sebagai suri tauladan -uswatun hasanah-

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasûlullâh itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allâh [al-Ahzâb/33:21]

Dari segala aspek Rasulullah adalah kiblat bagi ummat untuk ditauladani. Tak terkecuali dalam hal kepemimpinan beliau dalam hal bisnis. Rasulullah memberikan panutan dalam mengelolan bisnis dari aspek nilai kepemimpinan bisnis (business leadership values).

Kepemimpinan Rasulullah dalam bidang bisnis yang sangat kuat adalah nilai entrepreneurship jiwa kewirausahaan beliau. Jiwa bisnis ini beliau pupuk mulai dari umur 8 tahun. Dimana, Rasulullah sudah ditempa dengan kehidupan mandiri dengan menggembala kambing hingga menginjak usia 12 tahun. Setelahnya Rasululah sudah mulai berdagang bukan hanya lintas daerah tetapi juga merambah ke lintas negara.

Pada usia 12 tahun, Rasulullah memulai untuk mengikuti perniagaan kafilah sebagai pedagang menuju ke Syiria, hingga hampir 13 tahun lamanya. Artinya Rasulullah saat berumur 25 tahun, beliau sudah melakukan perjalanan dagang luar negeri hingga 18 kali. Mulai dari Lebanon, Yaman, hingga Jorash. Perjalan bisnis Rasulullah ini yang menghasilkan keuntungan besar, sehingga menjadikan beliau sebagai eksekutif muda tersohor di jamannya.

Di rentang waktu Rasulullah sebagai pengelola bisnis handal, beliau melakukan strategic alliance dalam praktik bisnis. Beliau berpartner dengan Siti Khadijah, seorang investor yang tersohor kaya dan sudah terbukti sukses menjadi investor dengan membiayai serombongan kafilah untuk berdagang ke luar negara dengan mendapatkan imbal hasil yang tinggi.

Siti Khadijah memilih salah satu partner bisnisnya untuk dipercaya mengolah investasinya kepada Rasulullah. Yang kemudian Rasulullah menikahi Siti Khadijah dengan mas kawin berupa 20 ekor unta muda. Pemberian mas kawin sebanyak itu hanya bisa dilakukan oleh seorang ellaki yang sudah mapan secara finansial. Rasulullah mendapatkan itu dari bisnis yang dijalankan beliau selama ini.

Menjadi menarik adalah, bagaimana Rasulullah yang lahir secara yatim dan pernah menjadi penggembala kambing ini lantas sangat dipercaya dalam mengelola bisnsi dan kemudian menjadi seorang pengusaha muda yang sukses. Yang dimiliki oleh beliau bukanlah modal berupa uang atau material, akan tetapi modal immaterial yang menjadi  syarat yang tak kalah penting untuk menjadi sukses dalam bisnis.

Modal itulah adalah kepemiminan dalam bisnis (business leadership). Kepemimpinan bisnis Rasulullah ada pada level kepercayaan yang sangat tinggi. Level kepercayaan yang tinggi ini didapatkan oleh Rasulullah karena besarnya tekad beliau dalam mengelola dan menjalankan bisnis, serta juga kerendahan hati yang dimiliki.

Tekad kuat ini beliau bangun dari kondisi dimana beliau terlahir sebagi yatim dan dalam perjalanan menjadi penggembala kambing hingga tidak lama kemudian belajar menjadi saudagar dengan bergabung dengan kafilah yang berdagang hingga ke luar negeri. Dan tak lama kemudian beliau menjadi pemimpin kafilah.

Level kerendahan hati sudah menjadi pancaran akhlak Rasulullah yang juga kuat. Pada suatu peristiwa, dimana terdapat perselesihan siapakah yang paling berhak untuk meletakkan kembali hajar aswad di posisi semula, setelah Ka’bah dibangun kembali karena terserang musibah banjir. Rasulullah mengusulkan saat itu, “Siapapun yang keesekon harinya menjadi orang pertama yang datang di tempat perbaikan, maka dialah yang berhak untuk menempatkan kembali Hajar Aswad di tempat semula”. Usulan ini disepakati oleh para tokoh Quraisy lainnya.

Ternyata, keesokan harinya Rasulullah lah yang hadir terlebih dahulu. Dan sesuai kesepakatan, Rasulullah lah yang berhak untuk meletakkannya. Tetapi, apa yang Rasulullah putuskan? Beliau justru membentangkan surbannya dan meminta perwakilan dari tokoh Quraisy lainnya untuk bersama membawa Hajar Aswad tersebut ke tempatnya. Keputusan yang tidak egois ini sebagai tanda Rasulullah sebagai pribadi yang sangat rendah hati.

Tekad kuat dan kerendahan hati yang membentuk level kepercayaan tinggi, sehingga Rasulullah sangat dipercaya oleh siapapun yang berbisnis dengan beliau. Baik itu investor, partner kerja, ataupun pelanggan beliau. Ini adalah ciri dan kunci  seorang pemimpin bisnis yang handal dan sangat patut ditauladani.

Dalam buku Jim Collins, yang diberi judul “Good to Great”, yang merupakan salah satu buku acuan business leadership paling populer, dimana Jim Collins melakukan penelitian terhadap perusahaan top dunia yang sukses itu karena dipimpin oleh pemimpin yang dikategorikan sebagai pemimpin atau eksekutif level 5. Pemimpin pada level ini memiliki ciri khusus sebagai pemimpin yang memiliki tekad kuat dan kerendahan hati. Jauh berabad abad sebelum buku ini terbit dan menjadi acuan banyak eksekutif dunia dalam hal kepemimpinan, Rasulullah Muhammad SAW sudah mentauladankan terlebih dahulu.

Penulis Socioprenuer dan Book author Meruwat Gagasan, merawat empathy dan kemanusiaan, Muhammad A Nasir

Klik disini untuk melakukan pemesanan buku.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *