Waspada Musim Nikah

Medsos pernah dihebohkan dengan meme dengan ungkapan ‘kalau capek kerja ya nikah solusinya’, kalau capek kuliah nikah aja biar ada yang nyemangatin, meskipun meme itu sudah gak viral lagi, tapi konten seperti itu masih banyak diposting berulang kali oleh akun-akun ekstrimis. Seolah-olah nikah itu jadi satu-satunya solusi masalah di dunia ini, dan hal ini lebih banyak ditujukan buat perempuan dengan latar belakang perempuan yang capek kerja atau kuliah.

Read More

Apalagi ketika musim hujan datang, selalu bersamaan dengan banyaknya undangan pernikahan teman atau sanak saudara. Semakin banyak undangan yang datang, tertunya semakin banyak pula teman lajang yang berkurang. itu petanda buruk bagi orang yang masih mempertahankan ke-jomblo-annya. Bagaimana tidak? Pada saat-saat itu juga pasti ada pertanyaan ‘kapan menyusul?’, ‘undangannya ditunggu loh’, ‘sudah dapat pasangan belum’, dan bla bla bla lainnya.

Nah sebenarnya apasih yang diharapkan setelah nikah? Nikah kan gak segampang itu. Memang nikah itu ibadah yang sangat dianjurkan Rasulullah, tapi mbok ya jangan ditelan mentah-mentah, karena hukum nikah itu beda-beda, gak semua orang jadi wajib nikah, kalau ga nikah di bully, dibilang perawan tua, banyak dosa gara-gara ga nikah-nikah. Lah kalau orangnya belum wajib nikah atau masih berhukum makruh nikah gimana dong gengs?

Perbedaan hukum nikah bagi setiap orang itu kan mengikuti kondisi seseorang dan sifatnya khusus, jadi gak bisa dihukumi secara umum. Kita ambil dalam kitab Sa’id Musthafa Al-Khin dan Musthafa Al-Bugha membagi hukum nikah jadi lima.

Pertama sunnah, ini hukum sesuai dengan hukum asal nikah yang memang sunnah bagi orang yang sudah mampu nikah, siap lahir dan batin. Lah kalau belum mampu? Puasa aja yee, puasa, hadits nya bisa cek di Riwayat Al-Bukhori nomor 4779

Kedua sunnah ditinggalkan, maksudnya hukum nikah kan sunnah tapi orang tersebut dihukumi lebih baik gak nikah, hal ini berlaku bagi orang yang sebenarnya ingin nikah tapi belum mampu menafkahi istri secara lahir alias belum ada ongkos buat nikah dan kehidupan setelah nikah. Jika orang itu tetep nikah maka dia dihukumi khilaful aula yaitu kondisi hukum bagi seseorang meninggalkan apa yang lebih baik untuk dirinya.

Ketiga makruh, seseorang yang memang tidak mau nikah, bisa jadi karena wataknya memang tidak mau menikah dan tidak memiliki kesiapan dan kemampuan lahir atau materi untuk nikah, maka ga bisa dipaksa buat nikah, kalau dipaksa nikah khawatir nanti hak dan kewajiban pas udah nikah terbengkalai

Keempat lebih utama jika tidak menikah, kalau ini berlaku bagi orang yang sebenarnya mampu secara lahir tapi dia dalam kondisi belum merasa butuh untuk menikah karena sibuk menuntut ilmu misalnya, atau yang lain.

Kelima lebih utama jika nikah, yang nomer ini pastinya orang yang udah siap lahir dan batin, lalu dia ga disibukkan dengan mencari ilmu atau lainnya yang menyibukkan kondisinya, maka dia berhukum lebih utama jika nikah.

Tapi balik lagi kesiapan dan kemampuan pada diri-diri masing, misal nih kamu lagi kuliah, tapi diri kamu siap secara lahir dan batin buat nikah, udah dipikirn mateng-mateng ya udah gapapa berati kamu masuk kategori pertama, misalnya lagi kamu udah siap lahir dan batin, udah ga ada kesibukan padat yang membuat perhatianmu terfokus kesana kan lebih utama.

nikah jadinya.. yang penting sudah ada calon, kalau ga ada calonnya mau nikah sama siapa coba? Hehe

Perlu dipikirin juga nikah ga hanya sebatas kamu dan dia, tapi tentang keluarga dan keluarga, cara mengelola uang, cara bekerjasama dengan orang lain, cara mendidik anak, dan mengelola emosi adalah modal penting banget buat nikah.

Kalau kita masih diposisi lebih baik belum nikah yaa ga usah maksa calon pasangan kamu buat buru-buru nikah, apalagi kalau yang belum punya calon terus pengen cepet-cepet nikah dan nerima lamaran orang tanpa tau karakter orangnya, bisa bahaya tuh, karena nikah gak hanya tentang indahnya resepsi, romantisnya video wedding doang, tapi nikah itu tentang komitmen kamu menjalani kehidupan dengan si dia, mempertemukan keluarga kamu dan keluarga si-dia dengan berbagai perbedaan.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *