DINUN.ID Adakah yang lebih berharga daripada waktu. Tentu tidak ada. Karena waktu teramat mahal bahkan dibanding materi yang paling mahal sekalipun. Bagi orang yang menilai waktu secara material ia lebih berharga darapada emas,”waktu adalah uang” begitu ungkapan yang sering terdengar. Sementara bagi orang yang melihat setiap kesempatan sebagai peluang untuk menaklukkan (musuh) waktu adalah pedang, “waktu bagaikan pedang, jika kau tidak manfaatkan kau tertebas olehnya,” begitu pepatah Arab yang sangat terkenal dan sering briringan dengan pandangan waktu dalam Islam.
Hukum waktu relatif dan sangat subyekti bagi setiap orang. Jika dikatakan tentangnya sebentar atau lama, tentu tidak bisa dipastikan dengan ukuran jam, hari, bahkan tahun. Bagi orang yang sedang menunggu, satu jam bahkan seperempat jam terasa lama. Tapi bagi orang yang sedang dalam aktivitas yang menyenangkan, sehari bahkan seminggupun terasa sebentar. Relativitas waktu juga bisa dilihat dari ukuran sehari di bumi yang tidak sama dengan di planet lain. Sehari di dunia kita ini tergantung bagaimana bumi berputar pada porosnya. Ketika matahari tampak terbit dari timur hingga ia terbit lagi di waktu yang sama, itu dikatakan 24 jam. Kita bisa melihat waktu sehari hanya dari penampakan sinar Matahari. Jika Matahari tidak nampak, kita bisa terbantu dengan jam. Tapi jika kedua-duanya tidak ada, hampir bisa dipastikan kita tidak tahu berapa lama suatu aktivitas kita lakukan. Bukankah begitu yang dialami orang bangun tidur, berapa lamanya tidur hanya bisa diketahui ketika ia tahu kapan mulainya dan jam berapa bangunnya.
Hukum waktu relatif dan sangat subyekti bagi setiap orang. Jika dikatakan tentangnya sebentar atau lama, tentu tidak bisa dipastikan dengan ukuran jam, hari, bahkan tahun. Bagi orang yang sedang menunggu, satu jam bahkan seperempat jam terasa lama. Tapi bagi orang yang sedang dalam aktivitas yang menyenangkan, sehari bahkan seminggupun terasa sebentar. Relativitas waktu juga bisa dilihat dari ukuran sehari di bumi yang tidak sama dengan di planet lain. Sehari di dunia kita ini tergantung bagaimana bumi berputar pada porosnya. Ketika matahari tampak terbit dari timur hingga ia terbit lagi di waktu yang sama, itu dikatakan 24 jam. Kita bisa melihat waktu sehari hanya dari penampakan sinar Matahari. Jika Matahari tidak nampak, kita bisa terbantu dengan jam. Tapi jika kedua-duanya tidak ada, hampir bisa dipastikan kita tidak tahu berapa lama suatu aktivitas kita lakukan. Bukankah begitu yang dialami orang bangun tidur, berapa lamanya tidur hanya bisa diketahui ketika ia tahu kapan mulainya dan jam berapa bangunnya.
Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa arti yang terkait dengan arti kata waktu. Pengertian waktu yang pertama adalah seluruh rangkaian saat yang telah berlalu, sekarang, dan yang akan datang. Sedang yang kedua ia adalah kesempatan, tempo, atau peluang untuk mengerjakan sesuatu, dan yang ketiga adalah ketika atau saat terjadinya sesuatu. Waktu amatlah berarti, karena itu sering digunakan pembuka kata sebagai sumpah (qasam) dalam surat-surat di Alquran. Fajar, Duha, nahar dan lail adalah di antara nama-nama waktu yang digunakan sumpah oleh Allah dalam Alquran.
Mengacu pada Alquran, ada beberapa kata yang menunjukkan makna waktu : 1) Ajal, menunjukkan pada berakhirnya sesuatu, seperti berakhirnya umur manusia atau masyarakat. 2) Dahr, saat panjang yang dilalui alam raya dalam kehudupan dunia, yaitu sejak awal diciptakan sampai punahnya. 3) waktu, untuk batas akhir kesempatan atau peluang untuk menyelsaikan sesuatu, dan 4) Ashr, yang biasa diartikan sebagai saat menjelang terbenamnya matahari. Kata ini juga bisa diartikan masa secara mutlak karena ia merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Demikian M. Quraish Shihab dalam buku Wawasan Alquran. Ketika mengupas makna waktu dalam Islam.
Walau waktu yang dimiliki setiap orang sama, masing-masing punya penilaian dan kualitas berbeda dalam pemanfaatannya. Tentu saja hal itu terkait dengan manajemen dalam penggunaan waktu. Kesempatan yang luas bagi seseorang, tidak akan membawa arti apa-apa ketika ia tidak pandai dalam mengatur waktunya. Sebaliknya, walau waktu yang dimiliki seseorang terbilang singkat, waktu akan terasa berarti jika mampu mengelola dengan baik.
Dalam sebuah pernyataan yang kata sebagaian ulama disebut hadis ditegaskan bahwa setiap hari ketika fajar mulai terbit waktu berkata : “wahai putra putri Adam, aku adalah makhluk (ciptaan) yang menjadi saksi atas amal perbuatanmu. Manfaatkanlah aku dengan baik karena aku tidak akan pernah kembali lagi. Berkaitan dengan waktu juga, Sayyidina Ali mengingatkan agar manusia memperhatikan waktu dengan dawuhnya, ”Rizki yang tidak kita dapatkan hari ini masih bisa kita harapkan besuk. Tetapi umur yang sudah terlewat, tidak mungkin diharapkan untuk kembali”.
Begitulah waktu, seumpama jarum jam, ketika sudah menunjuk ke angka enam sore ia tidak akan bisa diputar balik ke angka empat. Kalaupun jarumnya bisa dan pasti bisa karena itu hasil keterampilan manusia untuk penanda waktu, petandanya tidak mungkin dimundurkan karena itu sudah ketentuan alam (ciptaan Tuhan). Maka dari itu, demi waktu,”Semoga kita terjaga dari kelalaian dalam mengatur waktu..”
Ahmad Kholil (Dosen Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 9 April 2019)