[DINUN.ID] Jauh jauh hari, salah satu lembaga di bawah naungan PBB yakni FAO (The Food and Agriculture Organisation) sudah mengingatkan kepada seluruh masyarakat dunia, bahwa akan ada kemungkinan besar terjadinya masalah dengan ketersediaan (ketahanan) pangan sepanjang atau pasca COVID ini terjadi.
Bagaimana bisa kemungkinan kelangkaan pangan ini terjadi oleh karena hampir semua negara di dunia ini tak ada yang terlepas dari serangan wabah yang cukup membuat seluruh tatanan kehidupan porak poranda. Dalam hal sengkarutnya pangan ini terjadi mulai dari hulu hingga ke hilir. Dari mulai aspek produksi, distribusi, hingga konsumsi mengalami goncangan yang sangat dalam.
Sehingga, masing masing negara tentu akan memprioritaskan kebutuhan masing masing warga negaranya. Di Indonesia sendiri, kemungkinan ini semakin mendekati kenyataan karena adanya prediksi musim kering yang lebih panjang dari biasanya.
Lantas apa yang bisa dilakukan agar prediksi kelangkaan pangan ini tidak kejadian, sehingga tidak menggoyahkan ketahanan dari kehidupan masyarakat. Jawabannya adalah perlu adanya partisipasi dari setiap komponen masyarakat. Terutama dalam hal membangun keseimbangan antara sistem pasokan dan pola konsumsi akan kebutuhan pangan itu sendiri. Partisipasi dalam menciptakan keseimbangan supply dan demand.
Dalam kasus ini, ketahanan pangan ini diprediksi goyah oleh karena menurunnya supply atau pasokan bahan pangan, sedangkan konsumsi akan susah dibendung atau diturunkan. Peran penyeimbang dalam hal pasokan inilah yang bisa diambil oleh pesantren dalam hal kapasitasnya sebagai slah satu bagian penting dari entitas masayarakat dan negara.
Pertanyaan lebih lanjut adalah, bagaimana bisa pesantren yang tak memiliki kapasitas sebagai agen produksi pangan bisa mengambil peran ini? Di sinilah letak tantangan terbesar yang mesti dibuatkan perencanaan agar peran partisipatif ini bisa benar kejadian.
Hal pertama yang mungkin perlu dilakukan adalah pemerintah mengambil inisiatif untuk melakukan kordinasi kepada setiap lembaga yang menaungi secara langsung atau tidak langsung pesantren dalam hal membuat perencanaan program keterlibatan pesantren dalam ketahanan pangan. Karena tanpa adanya kordinasi yang sistematis akan terasa susah mendorong langkah awal jika pesantren ini berjalan sendiri sendiri. Apalagi memulai program yang tidak dalam kompetensi teknisnya.
Langkah selanjutnya, setiap lembaga yang menaungi tersebut harus melakukan profiling atau pemetaan terhadap pesantren yang secara organik bisa dilibatkan secara aktif dalam melakukan program ini. Sayarat organik ini adalah apakah pesantren memiliki sumber daya selain sumber daya manusia. Misalnya berapa pesantren yang masih memiliki lahan produktif untuk dilakukan aktifitas cocok tanam, atau berapa pesantren yang berdekatan dengan sumber daya laut untuk bisa andil dalam hal pangan lauk, atau berapa pesantren yang memiliki sumber daya air bersih untuk dikelola sebagai bahan dasar minuman.
Setelah profiling dilakukan, maka diperlukan pembekalan teknis akan kegiatan produksi. Tahap ini tentu akan menjadi tantangan terbesar. Perlu keterlibatan pihak pihak yang memiliki kompetensi dalam hal pertanian dan perikanan. Karena jika tidak, maka akan dihawatirkan tahapan langkah yang sudah diambil dan kegiatan produksi akan berhasil dengan sia sia.
Terlepas dari segala tantangan yang dihadapi di atas, terdapat kekuatan besar yang dimiliki oleh pesantren jika keterlibatan mereka dalam hal ikut menjadi garda pertahanan pangan ini kejadian. Kekuata besar tersebut adalah berkumpulnya santri yang sangat besar jumlahnya dengan sistem pengajaran yang dikendalikan oleh pengasuh pesantren yang tentunya setiap dawuh nya akan didengarkan oleh para santri. Sehingga keterlibatan para santri akan kuat dan militan. Tinggal dibuatkan sistem penunjang yang telah disebutkan di atas.
Kesempatan pesantren dalam keikutsertaan dalam hal produksi pangan akan menjadi pintu masuk sebagai lembaga dan sekaligus bagian dari komponen masyarakat yang bukan hanya produktif dalam hal ilmu agama, namun juga produktif dalam hal kegiatan ekonomi. Yang ujungnya akan menjadikan pesantren bisa berdaya secara ekonomi dalam jangka panjang. Semoga pandemi ini menjadi berkah terselubung bagi pesantren untuk andil aktif memberikan sumbangsih bagi kehidupan masyarakat dan negara.
Oleh Muhammad A Nasir