Internet dan Dakwah Kampus

Perguruan tinggi memang menjadi institusi formal yang mempunyai peran besar dalam dunia pendidikan. Mengutip data dari ristekdikti.go.id tahun 2019 menyatakan bahwa jumlah perguruan tinggi di Indonesia mencapai 3500 institusi baik negeri maupun swasta. Merujuk pada data tersebut, betapa banyak jumlah peserta didik “mahasiswa” yang tersebar di seluruh penjuru negeri.

Read More

Survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia mendapatkan hasil bahwasanya dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 264 juta jiwa, pengguna internet sudah mencapai 171,17 juta jiwa, data ini di ambil selama periode Maret hingga 14 April 2019. Ristekdikti mengeluarkan total mahasiswa seluruh Indonesia Mencapai 7 juta jiwa pada tahun 2018, dari total jumlah hampir kesemuanya merupakan pengguna internet.

Dakwah Islam era sekarang seyogyanya mulai melihat derasnya era keterbukaan informasi yang siapa saja bisa mengakses dengan mudah dan cepat, hal ini bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Itu adalah fakta hari ini sehingga mendorong kita untuk selalu aktif berkreasi dan berinovasi dalam upaya spreading nilai-nilai agama Islam. Umumnya dakwah dikemas dengan acara tausyiah, Pengajian dan majlis-majlis ta’lim. namun konteks sekarang, perlu kiranya melebarkan sayap dalam ranah digital dan visual. Mengapa demikian? Karena tuntutan zaman dan teknologi sehingga berimplikasi pada perlunya menjadi para buzzer yang kreatif dan inovatif.

Hegemoni visual merupakan terobosan dakwah di perguruan tinggi yang toleran dan moderat dengan menguasai dan mengolah ajaran seputar Islam menjadi konten-konten menarik, kreatif dan tematik, setelah itu didengungkan lewat situs web dan media sosial. Mengingat usia rata-rata mahasiswa di perguruan tinggi adalah usia dewasa pemula, sehingga terobosan ini sangat relevan. Hegemoni ini bisa berbentuk film, video pendek, karikatur, gambar, quote dari seorang tokoh, membuat tagar “hastag secara serentak” kritik atau saran dengan pengemasan bahasa kekinian yang baku maupun tidak, sehingga terkesan renyah dan tidak membosankan tanpa menghilangkan esensi dari misi dakwah tersebut.

Memperkaya Narasi, Wacana dan Menguasai Visual
Menguasai visual berarti mempunyai imajinasi yang bagus, lalu dituangkan dalam bentuk karya/konten. Bekal tersebut menjadi bahan virtual berharga untuk mempengaruhi lingkungan kampus, orang yang tadinya bersikap apatis akan reaktif karena suatu hal yang dilihat umumnya biasa berubah menjadi luar biasa. Yang semua rata-sama berubah menjadi beda. Khalayak akan tertarik untuk melihat, memperhatikan dan membaca. Dari sinilah nilai/pesan yang akan kita sampaikan akan tertransfer lebih mudah dan cepat di bandingkan dengan yang meanstream seperti yang sudah-sudah.

Untuk mencapai hegemoni yang masif dan berkelanjutan tentunya bukan hal mudah, tergantung dari seberapa kita mempunyai kekayaan narasi dan wacana, sehingga membuat apapun akan lebih mudah ketika semua bahan sudah ada. Karya/konten yang dihasilkan tanpa pengemasan narasi dan wacana akan cepat kering, akan mudah ditebak dan membosankan. Tidak ada keinginan untuk mengkonsumsi apalagi bereaksi.

Karya atau konten tidak serta merta memberi dampak terhadap keberhasilan dakwah, jika berbentuk hard file atau cetakan, seberapa banyak yang disebar dan dibaca, seperti apakah kritik ataupun saran dari pembaca. Kalau berbentuk soft file, seberapa banyak like dan komentar dari netizen. Komentar, kritik dan saran menjadi salah satu acuan baik-buruk kah isi dan seberapa terpengaruh kah si pembaca, juga dari sinilah akan kelihatan berhasil apa tidaknya.

Pengembangan hegemoni visual sudah menjamur di beberapa media cetak maupun online, akan tetapi ruang lingkupnya terlalu general. beberapa yang spesifik biasanya berbentuk quotes lucu-lucuan, anekdot ataupun karikatur dan meme-meme. Ada pula yang berbentuk videografer dan infografis namun kaya akan referensi dan data. Juga yang berbentuk prosa, puisi, cerpen dan essai. Umumnya semua memiliki tujuan dan kepentingan masing-masing. Masih belum banyak yang menebarkan dakwah seputar Islam yang moderat, toleran dan rahmatan lil alamin.

Memperbanyak Situs Web dan Kajian-kajian Menarik
Mahasiswa di kampus memang jumlahnya banyak, mereka terfasilitasi beragam fasilitas yang lengkap, beberapa tergolong mewah, tapi tidak semuanya kritis dan peka terhadap problem dakwah di masing-masing kampus. Karenanya, menciptakan pola-pola baru dalam perjuangan menebar dakwah Islam di situs web dan media online menjadi hal yang mutlak dipraktekkan.

Kajian atau diskusi tematik menjadi daya tawar menarik, tidak hanya jalan di tempat dan terkesan monoton. Di perguruan tinggi tidak semua mahasiswanya adalah alumni pesantren dan sekolah di bawah naungan kementrian agama. Oleh karena itu kajian-kajian sangat relevan dilakukan.

Merujuk pada wawancara dengan salah satu founding situs dakwah internet menunjukan data bahwa situs web mempunyai banyak keunggulan dalam ranah menyebarkan dakwah islam mulai dari situs web yang berkarakter konservatif, politik dan situs Islam yang moderat dan multikultural. Semua mempunyai jejak digital yang lebih lama dibandingkan dengan media sosial. Konteks diatas menunjukkan sangat urgennya pembuatan situs-situs web yang toleran, moderat dan multikultural di lingkungan kampus.

Semakin banyak situs-situs web yang moderat, toleran dan multikultural di lingkungan kampus, maka peluang berhasil juga akan semakin terbuka. Selain opsi-opsi situs yang akan di kunjungi bertambah banyak, juga pasti akan kaya konten dan karya.

Era kemajuan teknologi dan globalisasi seperti sekarang ini memang tidak cukup hanya berdakwah di dunia nyata, pasalnya ada ruang lain yang membuat orang terkadang lupa pada dunianya yang asli, hingga betah berlama-lama berselancar di dunia maya. Berdakwah di lingkungan kampus juga demikian tidak bisa menafikkan salah satu agar lebih maksimal dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

Ahmad Qomaruddin
Peserta Lomba Esai- Dinun

Related posts