Muhasabah perhitungan dan evaluasi diri adalah mandat dari Allah SWT yang termaktub pada surah Al-Hasyr “Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha waltanẓur nafsum mā qaddamat ligad, wattaqullāh, innallāha khabīrum bimā ta’malụn” -Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Banyak sekali anugerah, rahmat, dan pertolongan Allah SWT, yang bila kita hitung pasti tidak bisa, maka itu kewajiban kita adalah mensyukurinya dan memohon pertolongan kepada Allah SWT, sekiranya nikmat-nikmat itu menjadi bekal kita dan keluarga kita untuk meningkatkan kualitas amal sholeh, yang nantinya kita bawa menghadap kepada Allah SWT.
Kenikmatan-kenikmatan yang harus kita perlihara dan harus kita syukuri adalah pertama berupa nikmat kesehatan, kedua adalah nikmat ketercukupan rezeki, yang ketiga berupa kenikmatan keluarga kita, selanjutnya adalah kenikmatan berupa fikiran kita yang benar dan hati kita yang lurus, setelah itu adalah kenikmatan berupa kolega, teman pergaulan bermasyarakat yang baik. Dan lebih dari kenikmatan-kenikmatan tersebut adalah kenikmatan berupa nikmat hidayah islam dan iman.
Kenikmatan yang sudah dianugerahkan Allah SWT kepada kita dan keluarga menjadi modal kita ketika menghadap Allah SWT, menggapai ridho Allah SWT atas safaat Rasulullah SAW. Untuk memelihara, untuk mensyukuri kenikmatan berupa kenikmatan kesehatan ini setidaknya ada dua hal yang harus kita perhatikan dengan sungguh”. Pertama adalah menjaga keseimbangan kebutuhan fisik dan jasmaniah dengan keseimbangan kebutuhan emosional rohaniah. Kedua menjaga agar makanan yang kita konsumsi adalah yang baik dan halal. Seperti yang diperintahkan allah “Fa kulụ mimmā razaqakumullāhu ḥalālan ṭayyibaw wasykurụ ni’matallāhi ing kuntum iyyāhu ta’budụn” -Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.
Mensyukuri ketercukupan rezeki dengan cara tetap bekerja keras dengan cara-cara yang dibenarkan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Dalam rangka memenuhi ketercukupan rezeki ini kiranya juga memerhatikan agar jangan apa yang kita lakukan merugikan orang lain, bahkan mengganggu hak-hak adami. Ketiga, dengan mensyukuri kenikmatan ini, semoga kita membelanjakan sesuai jalan Allah SWT dengan mencukupi keluarga, selebihnya agar kita bisa manfaatkan untuk kebaikan banyak orang, itulah hakikatnya amal shaleh.
Mensyukuri keluarga yang baik, fondasinya adalah pertama menegakkan sholat, karena sholat adalah tiang agama, karena sholat itu adalah ibadah yang dapat melindungi diri dan orang yang menegakkan sholat dari kemungkinan perbuatan fakhsa dan mungkar. Allah SWT berfirman pada surah Taha “Wamur ahlaka biṣ-ṣalāti waṣṭabir 'alaihā, lā nas
aluka rizqā, naḥnu narzuquk, wal-‘āqibatu lit-taqwā” -Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
Dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT berupa akal yang sehat dan hati kita yang lurus, hendaklah kita terus menambah ilmu dan harus selalu tadabbur terhadap kekuasaan Allah SWT dengan cara terus memahami ayat Allah SWT yang maktubah dalam Al-Quran dan kekuasaan Allah SWT yang maklunah yang terhampar di dalam semesta ini. Yang ketiga hendaklah dalam diri kita dan keluarga kita, kita tumbuhkan cinta kepada ilmu jangan keluarga kita lebih mencintai harta sebelum mencintai ilmu. Karena apapun yang kita miliki kita berusaha menjaganya, namun ilmulah yang menjaga kita dan keluarga kita. Sehingga dapat diselamatkan dari atmosfir informasi yang tidak jelas yang dapat mengotori pikiran dan hati kita. Bila kita bisa menjaga hal tersebut, Insya Allah dengan sendirinya kita dapat menjaga nikmat Allah SWT yang terbesar yakni nikmat hidayah dan iman.
Oleh: Drs. KH. Moh Nafi’ (Jumat, 4 Januari 2019)