Pada kesempatan yang mulia ini marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kepada kita, dengan sekuat tenaga kita pula untuk menjauhi apa yang telah dilarang oleh Allah SWT. Indahnya dengan bekal taqwa inilah yang akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat nanti, semoga bertambah hari bertambah bulan bertambah tahun dan semakin berkurangnya umur kita ini semakin meningkat pula keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Salah satu cara untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT adalah dengan kita berusaha mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dengan melihat disekeliling kita, melihat disekitar kita, termasuk ketika ada hal-hal tertentu, peringatan-peringatan tertentu, itu tentunya akan menambah ketaqwaan kita ketika kita dapat mengambil hikmah dari peringatan tersebut. Salah satu yang akan kita laksanakan mungkin diberbagai tempat utamanya di tempat-tempat ibadah, yakni peringatan Isra Miraj’ Rasulullah SAW. Tentunya hal itu sesuatu yang luar biasa untuk menambah keimanan dan ketaqwaan kita, apabila kita bisa mengambil ibrah, apabila hati kita dapat terbuka dalam menerima ilmu-ilmu yang diberikan Allah SWT. Peringatan Isra Miraj’ tersebut jelas sekali dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur’an. “Sub-ḥānallażī asrā bi’abdihī lailam minal-masjidil-ḥarāmi ilal-masjidil-aqṣallażī bāraknā ḥaulahụ linuriyahụ min āyātinā, innahụ huwas-samī’ul-baṣīr” -Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dalam hal ini tentu Allah SWT memfirmankan kata Sub-ḥānallażī berarti sesuatu yang sungguh luar biasa, bagaimana 1400 tahun yang lalu ada seseorang yang dalam satu malam saja bahkan ada yang mengatakan hanya beberapa detik saja, dapat mencapai langit ke-7 bahkan sampai menghadap ke Allah SWT dan kembali lagi. Sungguh sesuatu itu tidak bisa diterima akal 1400 tahun lalu bahkan sampai saat inipun, rasa-rasanya kita tidak bisa menerimanya hanya dengan akal saja tanpa keimanan. Mungkin saat ini kita masih melihat ada kapal udara, ada pesawat terbang, ada meteor, dan ada astronot sampai menuju bulan dan sebagainya. Tentunya semua itu masih jauh dibandingkan perjalanan Rasulullah SAW ke Sidratul Muntaha untuk menerima 1 amanah yang luar biasa, 1 amanah yang wajib hukumnya disampaikan kepada kita, dan saat ini kita telah nyata telah menerima wasiat dari Allah SWT yang disampaikan langsung kepada Rasulullah SAW yakni Ashalatu. Kenapa sholat 5 waktu ini bisa menjadi hal yang sangat berharga dan utama, bahkan Allah SWT sendiri yang memberikan kepada Rasulullah SAW, tidak melalui malaikat Jibril dan yang lainnya. Karena sesungguhnya dalam sholat itu ada sesuatu yang luar biasa, yang terkandung didalamnya persis yang difirmankan Allah SWT pada surah Al-Isra: maha besar Allah SWT, sungguh luar biasa, sungguh ketakjuban luar biasa, yakni sholat 5 waktu.
Kenapa sholat 5 waktu itu penting, ditinjau dari segi manapun sholat membawa dampak postif, baik dari sisi jasmani lebih-lebih dari sisi rohani. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda “Assholatu ‘Imaduddin Faman ‘Aqomaha Faqod ‘Aqomaddin, Waman Tarakaha Faqod Hadamaddiin” – sholat itu adalah tiang agama maka barangsiapa yang mendirikan agama berarti dia telah menegakkan agama, dan barangsiapa yang tidak mendirikan sholat berarti dia telah merobohkan tegaknya agama. Maka dari sabda Rasulullah SAW tersebut jelas sekali bagaimana posisi dari tiang agama, sama seperti posisi masjid, bagaimana jika tidak ada temboknya maka yang terjadi adalah runtuh masjidnya. Maka penguatan pada sholat 5 waktu harus dilakukan baik pada diri kita maupun dengan lingkungan sekitar kita, mari kita saling berwasiat “wa tawāṣau bil-ḥaqqi wa tawāṣau biṣ-ṣabr” – dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Salah satu yang dapat kita ambil adalah ketaatan makhluk-makhluk mati atau benda mati di angkasa raya, bagaimana bintang tetap di garis edarnya, bagaimana bulan masih bercahaya hingga sekarang, bagaimana matahari bersinar hingga saat ini. Tentunya semua itu tunduk dan patuh kepada perintah Allah SWT, “wasy- syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-‘azīzil-‘alīm” maka hal ini sama pula ketika kita bisa mengambil ibrah pada sholat 5 waktu, maka disitulah titik yang terutama pada kehiduan kita ini. Mungkin kita mengalami kesusuahan yang luar biasa, namun ketika kita menjalankan sholat 5 waktu, maka kesusahan yang besar apapun tidaklah sebanding dengan kekuasaan Allah SWT jika kita serahkan kepada Allah SWT. Maka yang muncul nanti bukanlah rasa putus asa, yang muncul nanti kita meletakkkan tubuh yang terendah yakni kepala kita berada pada tempat terendah dibumi, untuk menunjukkan kita ini patuh kepada Allah SWT. Sebagaimana ujian-ujian yang diberikan Allah SWT kepada kita, kalau kita mampu menerimanaya, kalau kita mampu bersabar, maka hikmahnya nanti kita akan mendapatkan yang terbaik dihadan Allah SWT. Demikian juga ketika kita mendapatkan kenikmatan yang besar maka janganlah melupakan bahwa sungguh semuanya itu adalah titipan belaka, sama seperti titipan Allah SWT untuk menjalankan sholat 5 waktu. Menghadap Allah SWT dengan sebenarnya, kita sadar bahwa kenikmatan yang diberikan Allah SWT di dunia ini adalah belum seberapa, karena itu hanya titipan, bisa jadi sewaktu-waktu diambil Allah SWT. Hal inilah yang menjadikan kita untuk tidak lupa daratan, maka sholat 5 kali sehari kita dikontrol untuk menghadap kepada Allah SWT secara langsung. Sebagaimana perintahnya ketika Rasulullah SAW dipanggil langsung untuk mendapatkan amanah yang berupa sholat 5 waktu.
Oleh: Ust. H. Abdus Salam, S.Pdi
Jum’at, 29 Maret 2019